Kamis, 25 November 2010

PERTAPA

Suatu ketika di sore hari yang terasa teduh, nampak seorang pertapa
muda sedang bermeditasi di bawah pohon, tidak jauh dari tepi sungai.
Saat sedang berkonsentrasi memusatkan pikiran, tiba-tiba perhatian
pertapa itu terpecah kala mendengarkan gemericik air yang terdengar
tidak beraturan. Perlahan-lahan, ia kemudian membuka matanya.
Pertapa itu segera melihat ke arah tepi sungai di mana sumber suara tadi
berasal. Ternyata, di sana nampak seekor kepiting yang sedang berusaha
keras mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meraih tepian sungai
sehingga tidak hanyut oleh arus sungai yang deras. Melihat hal itu, sang
pertapa merasa kasihan. Karena itu, ia segera mengulurkan tangannya
ke arah kepiting untuk membantunya. Melihat tangan terjulur, dengan
sigap kepiting menjepit jari si pertapa muda. Meskipun jarinya terluka
karena jepitan capit kepiting, tetapi hati pertapa itu puas karena bisa
menyelamatkan si kepiting. Kemudian, dia pun melanjutkan kembali
pertapaannya. Belum lama bersila dan mulai memejamkan mata,
terdengar lagi bunyi suara yang sama dari arah tepi sungai. Ternyata
kepiting tadi mengalami kejadian yang sama. Maka, si pertapa muda
kembali mengulurkan tangannya dan membiarkan jarinya dicapit oleh
kepiting demi membantunya. Selesai membantu untuk kali kedua,
ternyata kepiting terseret arus lagi. Maka, pertapa itu menolongnya
kembali sehingga jari tangannya makin membengkak karena jepitan
capit kepiting. Melihat kejadian itu, ada seorang tua yang kemudian
datang menghampiri dan menegur si pertapa muda, "Anak muda,
perbuatanmu menolong adalah cerminan hatimu yang baik. Tetapi,
mengapa demi menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit
kepiting melukaimu hingga sobek seperti itu?" Paman, seekor kepiting
memang menggunakan capitnya untuk memegang benda. Dan saya
sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Maka, saya tidak
mempermasalahkan jari tangan ini terluka asalkan bisa menolong nyawa
mahluk lain, walaupun itu hanya seekor kepiting," jawab si pertapa
muda dengan kepuasan hati karena telah melatih sikap belas kasihnya
dengan baik. Mendengar jawaban si pertapa muda, kemudian orang tua
itu memungut sebuah ranting. Ia lantas mengulurkan ranting ke arah
kepiting yang terlihat kembali melawan arus sungai. Segera, si kepiting
menangkap ranting itu dengan capitnya. " Lihat Anak muda. Melatih
mengembangkan sikap belas kasih memang baik, tetapi harus pula
disertai dengan kebijaksanaan. Bila tujuan kita baik, yakni untuk
menolong mahluk lain, bukankah tidak harus dengan cara
mengorbankan diri sendiri. Ranting pun bisa kita manfaatkan, betul
kan?" Seketika itu, si pemuda tersadar. "Terima kasih paman. Hari ini
saya belajar sesuatu. Mengembangkan cinta kasih harus disertai dengan
kebijaksanaan. Di kemudian hari, saya akan selalu ingat kebijaksanaan
yang paman ajarkan." Mempunyai sifat belas kasih, mau memerhatikan
dan menolong orang lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu
kita berikan kepada anak kita, orang tua, sanak saudara, teman, atau
kepada siapa pun. Tetapi, kalau cara kita salah, seringkali perhatian atau
bantuan yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun
justru menjadi bumerang. Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan
hanya sekadar berniat membantu, malah harus menanggung beban dan
kerugian yang tidak perlu. Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat
baik, seharusnya diberikan dengan cara yang tepat dan bijak. Dengan
begitu, bantuan itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi
yang dibantu, tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan
pula bagi kita yang membantu.

IKAN

Pada tepian sebuah sungai, tampak seorang anak kecil sedang bersenangsenang.
Ia bermain air yang bening di sana. Sesekali tangannya
dicelupkan ke dalam sungai yang sejuk. Si anak terlihat sangat
menikmati permainannya. Selain asyik bermain, si anak juga sering
memerhatikan seorang paman tua yang hampir setiap hari datang ke
sungai untuk memancing. Setiap kali bermain di sungai, setiap kali pula
ia selalu melihat sang paman asyik mengulurkan pancingnya. Kadang,
tangkapannya hanya sedikit. Tetapi, tidak jarang juga ikan yang didapat
banyak jumlahnya. Suatu sore, saat sang paman bersiap-siap hendak
pulang dengan ikan hasil tangkapan yang hampir memenuhi
keranjangnya, si anak mencoba mendekat. Ia menyapa sang paman
sambil tersenyum senang. Melihat si anak mendekatinya, sang paman
menyapa duluan. "Hai Nak, kamu mau ikan? Pilih saja sesukamu dan
ambillah beberapa ekor. Bawa pulang dan minta ibumu untuk
memasaknya sebagai lauk makan malam nanti," kata si paman ramah.
"Tidak, terima kasih Paman," jawab si anak. "Lo, paman perhatikan,
kamu hampir setiap hari bermain di sini sambil melihat paman
memancing. Sekarang ada ikan yang paman tawarkan kepadamu,
kenapa engkau tolak?" "Saya senang memerhatikan Paman memancing,
karena saya ingin bisa memancing seperti Paman. Apakah Paman mau
mengajari saya bagaimana caranya memancing?" tanya si anak penuh
harap. "Wah wah wah. Ternyata kamu anak yang pintar. Dengan belajar
memancing engkau bisa mendapatkan ikan sebanyak yang kamu mau di
sungai ini. Baiklah. Karena kamu tidak mau ikannya, paman beri kamu
alat pancing ini. Besok kita mulai pelajaran memancingnya, ya?"
Keesokan harinya, si bocah dengan bersemangat kembali ke tepi sungai
untuk belajar memancing bersama sang paman. Mereka memasang
umpan, melempar tali kail ke sungai, menunggu dengan sabar, dan hup...
kail pun tenggelam ke sungai dengan umpan yang menarik ikan-ikan
untuk memakannya. Sesaat, umpan terlihat bergoyang-goyang didekati
kerumunan ikan. Saat itulah, ketika ada ikan yang memakan umpan,
sang paman dan anak tadi segera bergegas menarik tongkat kail dengan
ikan hasil tangkapan berada diujungnya. Begitu seterusnya. Setiap kali
berhasil menarik ikan, mereka kemudian melemparkan kembali kail yang
telah diberi umpan. Memasangnya kembali, melemparkan ke sungai,
begini saja atau masih ada jurus yang lain?"
Mendengar pertanyaan tersebut, sang paman tersenyum bijak. "Benar
anakku, kegiatan memancing ya hanya begini saja. Yang perlu kamu
latih adalah kesabaran dan ketekunan menjalaninya. Kemudian fokus
pada tujuan dan konsentrasilah pada apa yang sedang kamu kerjakan.
Belajar memancing sama dengan belajar di kehidupan ini, setiap hari
mengulang hal yang sama. Tetapi tentunya yang diulang harus hal-hal
yang baik. Sabar, tekun, fokus pada tujuan dan konsentrasi pada apa
yang sedang kamu kerjakan, maka apa yang menjadi tujuanmu bisa
tercapai." Sama seperti dalam kehidupan ini, sebenarnya untuk meraih
kesuksesan kita tidak membutuhkan teori-teori yang rumit, semua
sederhana saja, Sepanjang kita tahu apa yang kita mau, dan kemudian
mampu memaksimalkan potensi yang kita miliki sebagai modal,
terutama dengan menggali kelebihan dan mengasah bakat kita, maka
kita akan bisa mencapai apa yang kita impikan dan cita-citakan.
Apalagi, jika semua hal tersebut kita kerjakan dengan senang hati dan
penuh kesungguhan. Dengan mampu mematangkan kelebihan-kelebihan
kita secara konsisten, maka sebenarnya kita sedang memupuk diri kita
untuk menjadi ahli di bidang yang kita kuasai. Sehingga, dengan
profesionalisme yang kita miliki, apa yang kita perjuangkan pasti akan
membuahkan hasil yang paling memuaskan.

KASIH IBU

Dikisahkan, ada seorang pemuda berusia menjelang 30 tahun. Namun
sayangnya, ia hanya memiliki kemampuan berpikir layaknya anak
berumur di bawah 10 tahun. Ibunya dengan penuh kasih memelihara dan
mendidik si anak agar kelak bisa hidup mandiri dengan baik, terlebih
karena ia merasa anaknya punya kemampuan berpikir yang sangat
minim.Si anak sangat mencintai ibunya. Suatu hari dia berkata, "Ibu,
aku sangat senang melihat ibu tertawa, wajah ibu begitu cantik dan
bersinar. Bagaimana caranya agar aku bisa membuat ibu tertawa setiap
hari?""Anakku, berbuatlah baik setiap hari. Maka, ibu akan tertawa
setiap hari," jawab si ibu. "Lantas, bagaimana caranya berbuat baik
setiap hari?" tanya si anak. "Berbuat baik adalah jika kamu bekerja,
bekerjalah dengan sungguh-sungguh. Bantulah orang lain terutama
orang-orang tua yang perlu dibantu, sakit atau kesepian. Kamu bisa
sekadar menemani atau membantu meringankan pekerjaan mereka.
Perlakukanlah orang-orang tua itu sama seperti kamu membantu ibumu.
Pesan ibu, jangan menerima upah ya. Setelah selesai membantu,
mintalah sobekan tanggalan dan kumpulkan sesuai urutan nomornya.
Kalau nomornya urut artinya kamu sudah berbuat baik setiap hari,
dengan begitu ibu pun setiap hari pasti akan senang dan tertawa," jawab
si ibu sambil membelai sayang anak semata wayangnya. Sejak ibunya
meninggal, karena kenangan dan keinginannya melihat ibunya tertawa,
setiap hari sepulang kerja, dia berkeliling kampung membantu orangorang
tua, kadang memijat, menimba air, memasakkan obat, atau
sekadar menemani dengan senang dan ikhlas. Bila ditanya orang kenapa
hanya sobekan tanggalan yang diterimanya setiap hari? Dia pun
menjawab, "Karena setiap hari, setibanya di rumah, sobekan tanggalan
yang aku kumpulkan, kususun sesuai dengan nomor urutnya. Maka
setiap hari aku seakan bisa mendengar Ibuku sedang melihatku dan
tertawa bahagia di atas sana." Si pemuda yang berpikiran sederhana itu
telah menjadi sahabat banyak orang di desa. Sehingga suatu ketika, atas
usul dari seluruh warga, karena kebaikan hatinya, dia dianugerahi oleh
pemerintah bintang kehormatan dan dana pensiun selama hidup untuk
menjamin tekadnya, yakni agar setiap hari bisa membantu orang lain di
sisa kehidupannya. Untuk kehidupan saat ini, memang rasanya cukup
sulit untuk menemukan orang yang membantu orang lain tanpa ada
keinginan untuk menerima balasan. Padahal, esensi kehidupan manusia
sebenarnya adalah saling bantu membantu, menolong dan ditolong.
Padahal sebenarnya, bila kita bisa berbuat baik dan membantu orang
lain sesuai dengan yang dibutuhkan, akan memberikan rasa yang nikmat
sekali. Tentu, untuk berbuat baik dan membantu orang lain ini
membutuhkan kesadaran, latihan, dan membiasakan diri terus menerus.
Karena itu, mari kita praktekkan pepatah sederhana ini: Tiap hari
melakukan satu kebaikan. Dengan begitu, hidup akan terasa lebih
hidup, dan akan kita dapatkan kebahagiaan yang sebenarnya.

LABA-LABA


Di suatu sore hari, tampak seorang pemuda tengah berada di sebuah
taman umum. Dari raut wajahnya tampak kesedihan, kekecewaan dan
frustasi yang menggantung disana. Dia sebentar berjalan dengan langkah
gontai dan kepala tertunduk lesu, sebentar terduduk dan menghela napas
panjang, kegiatan itu diulang berkali-kali seakan dia tidak tahu apa yang
hendak dilakukannya. Saat itu, tiba-tiba pandangan matanya terpaku
pada gerakan seekor laba-laba yang sedang membuat sarangnya diantara
ranting sebatang pohon tempat dia duduk sambil melamun. Dengan
perasaan iseng dan kesal diambilnya sebatang ranting dan segera sarang
laba-laba itupun menjadi korban kejengkelan dan keisengannya, dirusak
tanpa ampun. Perhatiannya teralih sementara untuk mengamati ulah si
laba-laba. Dalam hati dia ingin tahu, kira-kira Apa yang akan dikerjakan
laba-laba setelah sarangnya hancur oleh tangan isengnya? Apakah labalaba
akan lari terbirit-birit atau dia akan membuat kembali sarangnya di
tempat lain? Pertanyaan itu tidak membutuhkan jawaban untuk waktu
yang lama. Karena si laba-laba kembali ke tempatnya semula, mulai
mengulangi kegiatan yang sama, merayap-merajut-melompat, setiap
helai benang dipintalnya dari awal, semakin lama semakin lebar dan
hampir menyelesaikan seluruh pembuatan sarang barunya.Setelah
menyaksikan usaha si laba-laba yang sibuk bekerja lagi dengan semangat
penuh memperbaiki dan membuat sarang baru, kembali ranting si
pemuda beraksi dengan tujuan menghancurkan sarang tersebut untuk
kedua kalinya. Dengan perasaan puas dan ingin tahu, diamati ulah si
laba-laba, apa gerangan yang akan dikerjakannya setelah pengrusakan
sarang kedua kalinya? Ternyata untuk ketiga kalinya, laba-laba
mengulangi kegiatannya, kembali memulai dari awal dengan
bersemangat merayap-merajut-melompat dengan setiap helai benang
yang dihasilkan dari tubuhnya, memintal membuat sarang sedikit demi
sedikit. Melihat dan mengamati ulah laba-laba, membangun sarang yang
telah hancur untuk ke tigakalinya, saat itulah si pemuda mendadak
sontak tersadarkan. Tidak peduli berapa kali sarang laba-laba dirusak
dan dihancurkan, sebanyak itu pula laba-laba membangun sarangnya
kembali. dengan giat bekerja tanpa mengenal lelah, Semangat binatang
kecil sungguh luar biasa!! Hal itu menimbulkan perasaan malu Si
pemuda. Karena sesungguhnya, si pemuda berada di taman itu, dengan
hati dan perasaan gundah karena dia baru saja mengalami satu kali
kegagalan! Melihat semangat pantang menyerah laba-laba, dia pun
berjanji dalam hati : Aku tidak pantas mengeluh dan putus asa karena
telah mengalami satu kali kegagalan. Aku harus bangkit lagi ! berjuang
dengan lebih giat dan siap memerangi setiap kegagalan yang
menghadang, seperti semangat laba-laba kecil yang membangun
sarangnya kembali dari setiap kehancuran! Kegagalan bukan berarti kita
harus menyerah apalagi putus asa, kegagalan itu berarti kita harus
introspeksi diri dan berikhtiar lebih keras dari hari kemarin, selama kita
masih memiliki tujuan yang menggairahkan untuk di capai, tidak pantas
kita patah semangat ditengah jalan, karena dalam kenyataannya , tidak
ada sukses sejati yang tercipta tanpa melewati kegagalan. Jangan takut
gagal!

KESUKSESAN

Di pagi hari buta, terlihat seorang pemuda dengan bungkusan kain berisi
bekal di punggungnya tengah berjalan dengan tujuan mendaki ke puncak
gunung yang terkenal. Konon kabarnya, di puncak gunung itu terdapat
pemandangan indah layaknya berada di surga. Sesampai di lereng
gunung, terlihat sebuah rumah kecil yang dihuni oleh seorang kakek tua.
Setelah menyapa pemilik rumah, pemuda mengutarakan maksudnya
"Kek, saya ingin mendaki gunung ini. Tolong kek, tunjukkan jalan yang
paling mudah untuk mencapai ke puncak gunung". Si kakek dengan
enggan mengangkat tangan dan menunjukkan tiga jari ke hadapan
pemuda, "Ada 3 jalan menuju puncak, kamu bisa memilih sebelah kiri,
tengah atau sebelah kanan?" "Kalau saya memilih sebelah kiri?" "Sebelah
kiri melewati banyak bebatuan". setelah berpamitan dan mengucap
terima kasih, si pemuda bergegas melanjutkan perjalanannya. Beberapa
jam kemudian dengan peluh bercucuran, si pemuda terlihat kembali di
depan pintu rumah si kakek. "Kek, saya tidak sanggup melewati
terjalnya batu-batuan". "Jalan sebelah mana lagi yang harus aku lewati
kek?" Si kakek dengan tersenyum mengangkat lagi 3 jari tangannya
menjawab "Pilihlah sendiri, kiri, tengah atau sebelah kanan?" "Jika aku
memilih jalan sebelah kanan?" "Sebelah kanan banyak semak berduri".
Setelah beristirahat sejenak, si pemuda berangkat kembali mendaki.
Selang beberapa jam kemudian, dia kembali lagi ke rumah si kakek.
Dengan kelelahan si pemuda berkata, "Kek, aku sungguh-sungguh ingin
mencapai puncak gunung. Jalan sebelah kanan dan kiri telah aku
tempuh, rasanya aku tetap berputar-putar di tempat yang sama sehingga
aku tidak berhasil mendaki ke tempat yang lebih tinggi dan harus
kembali kemari tanpa hasil yang kuinginkan, tolong kek tunjukkan jalan
lain yang rata dan lebih mudah agar aku berhasil mendaki hingga ke
puncak gunung" Si kakek serius mendengarkan keluhan si pemuda,
sambil menatap tajam dia berkata tegas "Anak muda! Jika kamu ingin
sampai ke puncak gunung, tidak ada jalan yang rata dan mudah!
Rintangan berupa bebatuan dan semak berduri, harus kamu lewati,
bahkan kadang jalan buntu pun harus kamu hadapi. Selama
keinginanmu untuk mencapai puncak itu tetap tidak goyah, hadapi
semua rintangan! Hadapi semua tantangan yang ada! Jalani langkahmu
setapak demi setapak, kamu pasti akan berhasil mencapai puncak
gunung itu seperti yang kamu inginkan! dan nikmatilah pemandangan
yang luar biasa !!! Apakah kamu mengerti? Dengan takjub si pemuda
mendengar semua ucapan kakek, sambil tersenyum gembira dia
menjawab "Saya mengerti kek, saya mengerti! Terima kasih kek! Saya
siap menghadapi selangkah demi selangkah setiap rintangan dan
tantangan yang ada! Tekad saya makin mantap untuk mendaki lagi
sampai mencapai puncak gunung ini. Dengan senyum puas si kakek
berkata, "Anak muda, Aku percaya kamu pasti bisa mencapai puncak
gunung itu!" selamat berjuang!!! Sama seperti analogi Proses pencapaian
mendaki gunung tadi. Untuk meraih sukses seperti yang kita inginkan,
Tidak ada jalan rata! tidak ada jalan pintas! Sewaktu-waktu, rintangan,
kesulitan dan kegagalan selalu datang menghadang. Kalau mental kita
lemah, takut tantangan , tidak yakin pada diri sendiri, maka apa yang
kita inginkan pasti akan kandas ditengah jalan. Hanya dengan mental
dan tekad yang kuat, mempunyai komitmen untuk tetap berjuang,
barulah kita bisa menapak di puncak kesuksesan.

WAKTU

Suatu hari di sebuah rumah sakit, tampak seorang nenek berumur sekitar
70 tahunan, tiba di rumah sakit dengan tergesa-gesa, segera dia
mendaftarkan diri di bagian administrasi rumah sakit sebagai pasien
dokter penyakit dalam , dan tidak lama kemudian… si nenek berjalan
tertatih membawa kartu pasien dan menghampiri suster yang berada di
depan ruang praktek si dokter untuk memberitahu kedatangannya dan
memberikan nomer urut antriannya. "Suster, sekarang pasien nomer
berapa? Giliran saya masih harus menunggu berapa lama untuk ketemu
dokter?" Tanya si nenek. "Tunggu saja nek, nanti dipanggil sesuai nomer
urut" jawab si suster begitu saja. Rupanya nenek adalah pasien lama di
sana sehingga tanpa banyak bertanya lagi, ia pun menempati bangku,
bersama-sama dengan pasien lain menunggu giliran di panggil. Selang
beberapa saat, sikapnya terlihat gelisah, sebentar-bentar dia melihat ke
jam dinding, mulai mondar-mandir seolah tidak sabar menanti.
Diberanikan diri menghampiri suster dan bertanya dengan was-was
karena takut si suster marah. "Masih lama ya sus?" "Ya! Tunggu saja"
jawab suster. Saat giliran nomer urutnya sudah dekat, tiba-tiba ada
panggilan darurat dari rumah sakit karena ada pasien gawat yang harus
segera ditangani sang dokter. Bergegas dokter pun pergi meninggalkan
ruang prakteknya untuk menolong pasien yang lebih membutuhkannya.
Si nenek dengan kesal kembali duduk, kemudian berdiri, lalu mulai
berjalan mondar-mandir. Kejadian itu memancing reaksi 2 remaja yang
juga sedang menunggu di situ, "Si Nenek itu kelihatan gelisah dan tidak
sabaran ya. Sudah setua itu memangnya dia punya kesibukan apa kok
menunggu aja tidak sabar begitu" Kemudian ditimpali oleh temannya,
"Iya tuh, udah berumur setua itu, ngapain sih kok maunya buru-buru.
Waktu kan masih panjang, belum juga larut malam". Dengan tidak
terduga oleh kedua remaja tadi, si nenek menghampiri mereka dan
menyapa ramah, "Anak muda, nenek mendengar apa yang kalian
bicarakan tentang nenek. Memang nenek kurang sabar menunggu disini
tanpa melakukan sesuatu. Justru karena nenek sudah berumur, nenek
tidak memiliki banyak waktu lagi untuk melakukan hal-hal yang belum
sempat nenek lakukan. Kesadaran bahwa sisa waktu nenek yang tidak
banyak inilah maka nenek tidak sabar menunggu di sini terlalu lama
tanpa bisa melakukan apapun. Tentu kalian bisa mengerti kenapa nenek
tidak sabar menunggu kan?" "Oh, iya.. iya nek. Maafkan kami nek. Kami
tidak berpikir panjang tentang waktu yang begitu berharga seperti kata
nenek. Sepantasnya kami yang muda pun harus berpikir tidak boleh
menyia-nyiakan waktu dengan tidak melakukan apa-apa seperti ini.
Terimakasih nenek telah mengingatkan kepada kami". Umur manusia
tidak ada seorangpun yang bisa mengukur secara tepat, kapan saat kita
lahir dan kapan saat kematian tiba. Jika kesadaran tentang nilai waktu,
yakni akan sisa waktu yang dimiliki dan mau memanfaatkan dengan
benar sesuai dengan peran kita saat ini, dimanapun kita berada, maka
saat itulah kehidupan se-nyatanya baru dimulai. Waktu adalah
kekayaan paling berharga yang dimiliki setiap manusia Mari kita
manfaatkan waktu dengan optimis dan diarahkan pada sasaran hidup
yang menantang, sehingga membuat hidup kita semakin hidup, penuh
gairah dan bahagia!

KEPITING

Saat menjelang malam hari di tepi pantai, terlihat para nelayan
melakukan kegiatan yakni menangkap kepiting yang biasanya keluar
dari sarang mereka di malam hari. Kepiting-kepiting yang ditangkap
oleh nelayan, sebagian kecil akan menjadi lauk santapan sekeluarga,
sebagian besar akan di bawa ke pengumpul atau langsung ke pasar untuk
di jual. Para nelayan itu memasukkan semua kepiting hasil tangkapan
mereka ke dalam baskom terbuka. Menariknya, baskom tersebut tidak
perlu diberi penutup untuk mencegah kepiting meloloskan diri dari situ.
Ada yang menarik dari tingkah laku kepiting-kepiting yang tertangkap
itu. Mereka sekuat tenaga selalu berusaha keluar dengan menggunakan
capit-capitnya yang kuat, tetapi jika ada seekor kepiting yang nyaris
meloloskan diri keluar dari baskom, teman-temannya pasti akan
berusaha keras menarik kembali ke dasar baskom. Begitulah seterusnya,
sehingga akhirnya tidak ada seekor kepiting pun yang berhasil kabur dari
baskom, sebab itu lah para nelayan tidak membutuhkan penutup untuk
mencegah kepiting keluar dari baskom. Dan kemudian mati hidupnya si
kepiting pun ditentukan keesokan harinya oleh si nelayan. Sungguh
menarik kisah dari sifat kepiting tadi, mengingatkan kita pada
kehidupan manusia. Kadang tanpa disadari, manusia bertingkah laku
seperti kepiting di dalam baskom. Saat ada seorang teman berhasil
mendaki ke atas atau berhasil mencapai sebuah prestasi, yang
seharusnya kita ikut berbahagia dengan keberhasilan itu, tetapi tanpa
sadar, kita justru merasa iri, dengki, marah, tidak senang, atau malahan
berusaha menarik atau menjatuhkan kembali ke bawah. Apalagi dalam
bisnis atau bidang lain yang mengandung unsur kompetisi, sifat iri, tidak
mau kalah akan semakin nyata dan bila tidak segera kita sadari, kita
telah menjadi monster, mahluk yang menakutkan yang akhirnya akan
membunuh hati nurani kita sendiri.
Gelagat manusia yang mempunyai sifat seperti halnya sifat kepiting
yaitu :
Selalu sibuk merintangi orang lain yang akan menuju sukses sehingga
lupa berusaha untuk memajukan diri sendiri. selalu mencari dan
menyalahkan pihak di luar dirinya
Tidak perlu cemas dengan keberhasilan orang lain, tidak perlu ada
menyimpan iri hati apalagi tindakan yang bermaksud menghalangi
teman atau orang lain agar mereka tidak maju. Buang pikiran negatif
seperti itu! Karena sesungguhnya, di dalam persaingan bisnis atau
persaingan di bidang apapun, tidak peduli berakhir dengan kemenangan
atau kekalahan, masing2 dari kita mempunyai hak untuk sukses! Jika
kita bisa menyadari bahwa ! Success is our right, sukses adalah hak kita
semua! Maka secara konsekwen kita bisa menghargai setiap keberhasilan
orang lain, bahkan selalu siap membantu orang lain utk mencapai
kesuksesannya. Untuk itu, dari pada mempunyai niat menghalangi atau
menjatuhkan orang lain, jauh lebih penting adalah kita siap berjuang
dan sejauh mana kita sendiri mengembangkan kemampuan dan potensi
kita seutuhnya. Sehingga hasil yang akan kita capaipun akan maksimal
dan membanggakan!